Sahabat Sejati Tak Akan Pernah
Terganti
Dina dan Dini adalah sahabat karib sejak masih
duduk di bangku SD, sekarang tiba waktunya mereka berpisah. Mereka sudah kelas
6 dan akan lulus menempuh pendidikan yang lebih tinggi lagi. Keduanya memilih
ke sekolah lanjutan yang berbeda sesuai minat dan bakat mereka masing masing.
Dina yang berambut sebahu, kulitnya lumayan putih, dan berasal dari keluarga
yang mampu melanjutkan ke sekolah yang favorit di kota mereka. Sedangkan Dini
yang berambut agak panjang, kulit sawo matang dan lahir keluarga yang sederhana
hanya melanjutkan ke sekolah biasa. Keduanya tetap menjaga komunikasi.
Hingga pada akhir mereka kelas 9, komunikasi pun
jarang bertemu juga tidak ada waktu. Keduanya sibuk dengan urudannya masing
masing. Tapi, Dina mencoba tetap menjaga keutuhan persahabatan mereka berdua,
Dina mencoba bermain ke rumah Dini dan mencoba menghubungi Dini tetapi Dini
hanya cuek dan hanya mementingkan urusan sekolahnya. Dina yang sudah mulai muak
dengan itu semua. Dia melanjutkan sekolahnya ke kota lain meninggalkan Dini.
Suatu ketika Dini merasa kesepian dan rindu dengan sahabatnya Dina, dan Dini
mencoba bermain ke rumah Dina tapi Dini mendapati berita bahwa Dina sudah
pindah sejak lama. Dan Dina menitipkan sebuah surat yang isinya.
“Hai Dini sahabatku, apa kabar engkau? Semoga
baik-baik saja. Aku sudah pindah meninggalkanmu, sebenarnya aku sudah berusaha
mengabarimu tapi kamu gak pernah ada waktu. Kamu tahu gak? Aku sayang banget
sama kamu, aku pengen persahabatan kita langgeng sampai kita tua tetap bersama.
Tapi ini sudah menjadi keputusankuku harus ikut dengan orangtuaku. Suatu saat
jika aku sudah pulang kalau aku dan kamu sudah besar kita tetap sahabatan kan?
Kamu juga sayang kan sama aku? Kamu mau kan jadi sahabatku selamanya? Oiya aku
hampir lupa. Sebenarnya satu hari sebelum aku pergi aku sempat ke rumah kamu
ingin mengabarkan dan akan mengajakmu ke suatu tempat sebagai perjumpaan akhir
sebelum aku pergi, tapi kata ibumu kamu lagi pergi dengan teman teman baru
SMP-mu. Saat itu aku kecewa dan cemburu banget tapi aku coba ngertiin kok kalau
kamu sibuk. Dan akhirnya aku buat surat ini untukmu. Aku selalu sayang kamu
your my best friend.”
Nggak terasa air mata Dini jatuh deras sekali
saat membaca surat dari sahabatnya itu, di antara isak tangisnya ia berkata,
“Dina, aku juga sayang sama kamu maafkan aku ya yang selalu sibuk dengan
urusanku, ku tunggu sampai kamu pulang nanti, your my best friend.” dan Dina
pun menyesal karena tidak pernah ada waktu buat sahabat karibnya. Tetapi beberapa
tahun kemudian mereka sudah dewasa, Dina pulang dari luar kota dan Dini yang
mendapati kabar tersebut langsung menggoes sepeda kenangannya dengan sahabatnya
itu menuju rumah sahabatnya, Dina. Akhirnya mereka bertemu dan Dini memeluk
Dina dengan erat. Dini takut kehilangan sahabatnya untuk kedua kalinya. Dan
akhirnya mereka saling mengerti memahami waktu untuk mereka bertemu dan
bercanda tertawa bersama seperti masa kecilnya.